ICM

MATEMATIKA ISLAM

Ternyata ada matematika di lailatul qodar ada ulama' yg diberi kelebihan bisa tahu lailatul qodar dan mencatat selama beberapa tahun lailatul qodar, ada hubungannya dengan awal puasa sbb.
Jika awal puasa Minggu atau Rabu, LQ jatuh malam 29
Jika awal puasa Selasa atau Jum'at, LQ jatuh malam 27
Jika awal puasa Kamis, LQ jatuh malam 25
Jika awal puasa Sabtu, LQ jatuh malam 23
Jika awal puasa Senin, LQ jatuh malam 21
Wallahu a'lam Matematikanya sbb. (penemuanku dewe) Satu bulan hijriyah maksimal 30 hari Kita hitung hari ganjil Minggu hari ke-1, Selasa ke-3, Kamis ke-5, Sabtu ke-7, Senin berikut ke -9, Rabu berikut ke-11, Jum'at berikut ke-13 Yang satuannya 1 Minggu dan Rabu, padahal 30 - 1 = 29 Yang satuannya 3 Selasa dan Jum'at, padahal 30 - 3 = 27 Yang satuannya 5 Kamis, padahal 30 - 5 = 25 Yang satuannya 7 Sabtu, padahal 30 - 7 = 23 Yang satuannya 9 Senin, padahal 30 - 9 = 21 Mudahkan mengingat rumus Lailatul Qodar?
Diposkan 7th August 2013 oleh sulap matematika


Matematika Sedekah

SEDEKAH bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Inilah fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.

Hidup kita jadi susah, lantaran banyak dosa. Dosa-dosa itulah yang mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari kasih sayang Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan. Hidup pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa Allah berikan ini semua? Jelas, Allah memberikannya kepada yang mau bersedekah dan yang membantu orang lain atau yang peduli dan berbagi dengan sesama.
Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan.
Matematika Dasar Sedekah

Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?
10 – 1 = 19
10 – 1 = 19 … ini menggunakan dasar, bahwa Allah membalas 10 x lipat pemberian kita.

Analog  ilustrasi diatas kita dapatkan seperti berikut ini:
   10 – 2 = 28
   10 – 3 = 37
   10 – 4 = 46
   10 – 5 = 55
   10 – 6 = 64
   10 – 7 = 73
   10 – 8 = 82
   10 – 9 = 91
   10 – 10 = 100
 Pertambahan, ya? Bukan pengurangan? Kenapa matematikanya begitu? Matematika pengurangan dari mana, ketika dikurangi hasilnya malah lebih besar?
Kenapa bukan 10-1 = 9?
Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil dari Quran Surat Al-An`am ayat 160, Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik (sedekah).
Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya bukan 9, melainkan 19. Sebab yang satu, yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.
Bagi mereka yang mau bersedekah dengan lebih besar, tentu akan lebih banyak lagi yang didapatnya. Sebab Allah menjanjikan balasan berkali-kali lipat, bahkan dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 261, Allah menjanjikan hingga 700x lipat.
Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-husnudzdzan-an (positive thinking) ke Allah, bahwa Allah pasti membalas dengan balasan yang pas buat kita.
2.5 % Tidaklah Cukup

Barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke sedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa diangkat, 2,5%. Jika kita coba ilustrasikan, dengan perkalian sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh yang signifikan.
Contoh berikut ini, adalah seorang karyawan yang punya gaji 1juta. Dia punya pengeluaran rutin 2 juta. Kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1juta itu. Maka perhitungannya adalah: 2,5% dari 1.000.000 = 25.000. Maka yang tercatat: 1.000.000 – 25.000 = 975.000.
Angka 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dikeluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 975.000 + 250.000 = 1.225.000.
Jadi, “hasil akhir” dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1juta, hanya Rp. 1.225.000,-. Angka ini masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar Rp.2 juta. Jadi, jika dia sedekahnya 2,5%, dia harus mencari sisa Rp. 775.000 untuk menutupi kebutuhannya.
Maka sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Hasilnya akan lebih besar bila sedekah 10%.

perhitungannya adalah : 10% dari 1.000.000 = 100.000. Maka yang tercatat : 1.000.000 – 100.000 = 900.000.
Ingatlah, angka 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 900.000 + 1.000.000 = 1.900.000.
Dengan perhitungan ini, dia berhasil mengubah penghasilannya mendekati angka pengeluaran yang 2 juta. Dia cukup butuh 100 ribu tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkannya.
Saudaraku, janganlah merasa berkecil hati jika hanya mampu bersedekah 2,5%. Sedekah tersebut tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia maupun akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lainnya. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah ba’diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Ditambah bila maksiat dan keburukan sedikit, insya Allah, Allah mencukuplkan segala kebutuhan kita.
YUSUF MANSUR,
Ustadz, Trainer Wisata Hati, dan Pengasuh Pesantren Daarul Quran, Tanggerang, Banten.


Kompasiana (Naskah ini ditulis oleh AHMAD SAHIDIN dari tausiyah Ustadz Yusuf Mansur yang bertema “Kun Fayakun” di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, 7 Januari 2008; dan pernah dimuat di Majalah Swadaya dan situs www.dpu-online.com)


Mendapatkan surga dengan sebungkus rokok

  Setiap orang yang beriman pasti berkeinginan  untuk menginjakkan kaki di tanah Haram untuk menyempurnakan rukun islam yang kelima. Kerinduan untuk dapat hadir di tanah haram tersebut, baik untuk tujuan ibadah seperti haji dan umrah atau lainnya akan selalu ada di setiap jiwa yang beriman.Walaupun ibadah haji hanya dibebankan kepada orang yang mampu.Pengertian mampu tentunya tidak hanya pada penilaian sendiri tapi lebih meluas mampu secara syariat.Setelah berhaji pasti semua mengiginkan sebuah haji yang mabrur karena  haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
        Namun betapa beratnya kita bisa berangkat haji
Berangkat haji sebenarnya mudah asal kita berniat dengan sungguh sungguh dan berusaha semaksimal mungkin.Berkikut beberapa tip  untuk bisa berangkat haji :Jika anda perokok langkah awal niatkan anda mengurangi konsumsi rokok harian anda 1 minggu cukup kurangi 1 batang rokok artinya dalam 1 bulan anda bisa mengurangi 4 batang rokok ,dalam 2 bulan bisa mengurangi 8 batang rokok demikian seterusnya.Jadi jika anda sehari menghabiskan 1 bungkus rokok maka hanya butuh waktu 3 bulan untuk berhenti merokok.
        Setelah anda berhenti merokok kos pembelian rokok niatkan untuk berhaji.Jika sehari 1 bungkus maka anda bisa menabung Rp 10.000 ,sebulan Rp 300,000 dan setahun Rp 3.600.000.Dalam waktu 10 tahun terkumpul Rp 36.000.000 .Ini berarti dengan penghematan sebungkus rokok anda sudah bisa naik haji karena ONH rata-rata berkisar Rp 31.000.000.Jika haji anda mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).Dengan demikian dengan sebungkus rokok anda mendapatkan surga.
Namun tidak semudah dan sesederhana itu karena untuk predikat haji mabrur harus memenuhi kreteria dan persyaratan sebagai berikut:
a.   Sebelum haji yakni haji dengan niat ikhlas, bukan atas dasar riya’, hanya ingin mencari pujian seperti ingin disebut “Pak Haji” atau “Bu Haji”, ataupun dengan menggunakan harta yang haram ;
b.  Selama haji, yakni melakukan manasik haji sesuai sunnah dan contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam , terpelihara dari segala bentuk bid'ah dan syirik.
c.   Sesudah haji, yakni keadaan yang menjadi lebih baik dan bertaqwa , meninggalkan maksiat dan meningkatkan amal shalih. 
Akhirnya
Kepada mereka yang telah berhaji, kami doakan semoga Allah menerimanya sebagai haji yang mabrur.
Dan kepada mereka yang belum mampu menunaikannya, maka kami berdoa :Ya Allah, mudahkanlah kami semua untuk menunaikan haji dengan segala kemudahan
Wallahu a’lam.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar